KALIWATES - Pasca adanya relokasi pedagang kaki lima (PKL) di sekitar Pasar Tanjung yakni di Jalan Samanhudi, Jalan Dokter Wahidin dan Jalan Untung Suropati, banyak pertokoan yang membuka kios tokonya dengan lebar. Mereka merasa optimis menjalankan bisnisnya yang sebelumnya mengalami persoalan sepinya pembeli akibat tertutupnya toko oleh kios-kios PKL.
Pasca adanya relokasi PKL, pihak Kelurahan Kepatihan mengirimkan surat himbauan untuk melakukan pengecatan toko terhitung sejak tanggal 9 September kemarin. Setali tiga uang, hal ini direspon baik oleh pelaku usaha pertokoan untuk memperindah toko mereka yang sebelumnya tampak tak terawat.
Sampai hari ini, banyak toko-toko yang sudah diperindah dengan pengecatan dan juga perbaikan tutup kios yang sudah mulai berkarat. Nada optimis untuk menjalani bisnispun dilontarkan oleh beberapa pelaku usaha ini.
Namun beberapa diantara mereka enggan untuk menyebutkan namanya. Pasalnya, secara hubungan emosional mereka dengan PKL sudah sangat dekat. “Bukan berarti kami gembira ria dengan sudah tertibnya para PKL. Tetapi dari segi bisnis, kami merasa lega dan optimis menjalani hidup ke depan,” terang salah satu pemilik toko yang tidak berkenan disebutkan namanya.
Sebelumnya, dia berjualan dengan mematok margin keuntungan yang lebih kecil dibandingkan dengan harga yang berada di pasar umum. Pasalnya, mereka tidak mampu bersaing jika menerapkan harga jual di pasaran umum. “Kios kami tertutup oleh PKL. Jika kami tetap mematok harga sama dengan di pasaran, kami akan gulung tikar,” ungkap pedagang yang sudah bertahan berjualan lebih dari 20 tahun itu.
Dia mencontohkan, jika harga di pasaran sebesar Rp 5.000 per potong. Dia lebih memilih untuk menjual dengan harga Rp 4.500 per potong. “Margin keuntungan saya patok di bawah lainnya. Kalau umumnya 10 persen, saya cukup 5 persen saja. Yang terpenting masih di atas HPP,” ujarnya.
Strategi ini dia terapkan agar pembeli yang sudah menjadi pelanggan bertahun tahun dapat tetap melakukan transaksi di tokonya. Dia juga mengaku bahwa sebelumnya dia berjualan di dalam Pasar Tanjung, namun dia membeli toko pinggir jalan dengan asumsi agar mendapatkan tingkat penjualan yang lebih baik.
“Kebanyakan pembeli saya adalah pelanggan di Pasar Tanjung dulu. Pemasaran produk saya juga lewat mulut ke mulut. Artinya, ketika saya menjual dengan harga yang lebih murah, pasti pembeli juga akan memberi tahu saudara-saudaranya,” jelasnya.
Strategi ini efektif bisa menjalankan roda perekonomian bisnisnya. Terbukti, ketika banyak pelaku usaha yang sama di kawasan pertokan setempat memutuskan untuk pindah, dia tetap bisa menjalankan bisnisnya hingga saat ini. “Meskipun keuntungannya sangat sedikit. Karena kami harus membayar karyawan, listrik, air, dan juga pajak secara periodik,” ungkapnya.
Dia menjalankan bisnis dengan strateginya ini bukan tanpa hambatan, dikarenakan semakin sepinya pembeli, dia harus memangkas jumlah karyawannya. Sebelumnya dia mempunyai karyawan sebanyak 4 orang, saat ini karena kondisi keuangan yang kurang baik, dia memangkas jumlah karyawan agar bisnisnya tetap bisa berjalan. “Karyawan saya sekarang tinggal 2 orang saja. Pemasukan tidak sepadan dengan biaya yang dikeluarkan kalau setiap hari penjualan masih saja sepi,” kenangnya.
Dia berharap, agar pemerintah kabupaten (Pemkab) mampu untuk meneruskan program ini dengan sebaik baiknya. Menurutnya, program dikatakan sukses apabila para PKL sudah tidak akan kembali lagi berjualan di tempat yang salah. “Kalau mereka tetap kembali, program Pemkab untuk penertiban PKL kami nilai nol. Sia-sia saja,” tutur pedagang yang berada di Jalan Untung Suropati itu.
Sementara pedagang lain yang berada di Jalan Dokter Wahidin, Eko Wijaya (55) mengatakan, saat ini merupakan proses adaptasi untuk para pelaku usaha pertokoan. Dia menilai, para pembeli tidak mungkin akan langsung royal untuk mengeluarkan uangnya di pertokan yang baru dibuka ini.
“Kami akan yakin bisa lebih baik ke depannya. Karena sekarang jalan sudah lebar, pembeli bisa langsung parkir di depan toko. Tidak seperti dulu, pembeli tergesa gesa untuk membeli karena kendaraannya hilang di parkir jauh dari toko,” terangnya.
Namun saat ini dia masih akan menjual stok barang yang ada dan tidak akan menambah sampai kebutuhan pasar terdeteksi dengan maksimal. “Kami akan tunggu sampai 1 bulan. Barang apa saja yang banyak dicari oleh pembeli. Baru nanti kami akan putuskan untuk bisa memesan dan menambah pasokan barang,” ujar pemilik toko bahan makanan Chinesse Fooditu.
No comments:
Post a Comment