Friday, 12 September 2014

Beras Merah Organik Tingkatkan Kesehjahteraan Petani




Pengelolaan lahan pertanian berbasis komoditas organik perlu ditingkatkan oleh para petani. Pasalnya, selain memiliki nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis beras non organik pada umumnya. Produksi beras organik juga bisa menjadikan para petani lebih mandiri dan tidak mengandalkan pupuk kimia.
            Hal ini sudah dilakukan oleh para petani Desa Sumberbaru Kecamatan Singojuruh Kabupaten Banyuwangi sejak tahun 2001 silam. Dengan menerapkan sistem tanam organik ini, para petani telah memiliki pasar yang berbeda dengan para petani lainnya.
Kebutuhan komoditi organik yang dibutuhkan oleh kalangan yang sangat menginginkan adanya peningkatan kesehatan dibaca dengan baik oleh Koperasi Mendo Sampurno untuk menyasar segmentasi pasar ini.
Koperasi ini telah beranggotakan beberapa petani yang terdiri dari 7 kecamatan sekitar dengan memproduksi beras merah sebanyak 120 ton per tahun dengan renggang 3 kali tanam per tahun. Ketua Koperasi Mendo Sampurno, Samanhudi saat menyambut kunjungan para wartawan pasca adanya pelatihan jurnalistik Bank Indonesia mengungkapkan, para petani yang telah beralih untuk menanam padi organik terutama beras merah semakin menggemari budidaya pertanian ini. “Petani sangat diuntungkan dengan budidaya beras merah, pasalnya keuntungan jauh lebih besar dibandingkan dengan beras biasa,” terangnya.
Harga jual beras merah di kalanag konsumen saat ini berkisar Rp 21.000 sampai Rp 23.000 per kilogram. Produksi dimulai dari pengeringan sampai pengemasan dilakukan oleh Koperasi. “Untuk beras putih organik harga jual ke konsumen sekitar Rp 15.000 per kilogram. Organik mempunyai harga jual yang lebih baik dibandingkan dengan harga jual beras biasa yang sekitar Rp 10.000 per kilogram,” jelasnya.

Selain itu, koperasi juga membeli Gabah Kering Panen (GKP) dari petani seharga Rp 4.250 per kilogram. “Jika harga dipasaran lebih rendah, kami tetap membayar dengan harga itu karena sudah ada sistem kontrak dengan petani. Tetapi ketika harga di pasar umum naik, maka kami juga sesuaikan dengan harga pasar,” ungkapnya.
Di sisi lingkungan, pencemaran terhadap lingkungan akibat dari sektor pertanian ini juga lebih kecil karena tidak ada penggunaan pupuk kimia atau pestisida kimia yang bisa mencemari lingkungan baik air dan darat. “Sudah ada penjagaan kualitas mutu organik sehingga kami sangat menghindari adanya pemakaian pupuk kimiawi,” tuturnya.
Selain itu, para petani juga lebih mandiri karena dengan menerpakan penggunaan cara organik, beberapa petani juga bisa diberdayakan untuk membuat pupuk dan pestisida organik. Mereka menggunakan limbah – limbah organik untuk dibuat menjadi bahan pendukung pertanian organik itu. “Benih pun kami buat sendiri. Jadi, kami tidak tergantung pada produksi benih pabrikanm,” ucapnya.
Samanhudi menuturkan, dari sekitar luasan 200 hektar lahan yang berada di 7 kecamatan itu, sekitar 40 hektar merupakan lahan organik. Artinya, jika dari lahan tersebut dapat menghasilkan sekitar 120 ton per tahun beras merah, maka pendapatan yang bisa diperolah para petani dengan harga Rp 21.000 per kilogram, sekitar Rp 2,5 milliar per tahun.
Samanhudi menyebutkan, untuk pertanian beras merah rata-rata sekitar Rp 7 juta sampai Rp 8 juta per hektar lahan. Namun setiap hektar bisa menghasilkan beras sekitar 5 ton sampai 7 ton. “Masa panen sekitar 3 bulan 10 hari (100 hari). Dengan pola tanam, beras merah sebanyak 2 kali berturut turut lalu ditanami beras putih organik,” katanya.
Sementara itu, Kepala Deputi Bank Indonesia perwakilan Jember, Dwi Suslamnto yang ikut hadir dalam kunjungan itu menerangkan, Banyuwangi merupakan sentra padi. Sehingaa hal itu bisa dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan pasar organik di sejumlah daerah. “Sesuai dengan riset kami, banyuwangi mempunyai keunggulan yakni komoditas padi. Kami fasilitasi para rumah tani dengan mengadakan bantuan teknis (bantek), seperti bantuan analisa pemasaran, budidaya, dan juga keuangan sederhana bagi petani,” ungkapnya.
Setelah dua tahun semenjak tahun 2011 lalu, barulah koperasi mendapatkan sertifikasi organik. Luasan demplot atau lahan percontohan organik yang dibentuk oleh BI di Banyuwangi saat ini sekitar 4 hektar.
Untuk pemasaran, sejumlah apotek menjadi lokasi strategis dalam segi ini. Pasalnya, komoditas beras merah yang sangat baik untuk kesehatan terutama penyandang diabetes sangat dibutuhkan segera oleh para penderita. “Mereka sudah kontrak dengan apotek kimia farma dan juga sejumlah supermarket yang tersebar di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Bali, Kalimantan dan Sulawesi,” terang Dwi.
Dia mengharapkan agar Kabupaten Jember juga memiliki klaster-klaster sejumlah komoditi agar bisa meningkatkan potensi daerah yang ada. Hal ini dinilai penting untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 mendatang. (den

No comments:

Post a Comment