Kabupaten Jember telah dikenal sebagai sentra penghasil komoditi tembakau terbesar se Indonesia. Bahkan, tembakau dari Jember memiliki kualitas terbaik sehingga dengan mudah menembus pasar dunia. Sejauh ini, sekitar 40 persen kebutuhan tembakau yang diperuntukkan pembuatan cerutu dipasok dari Kabupaten Jember.
Tembakau jenis Naa Oogst merupakan jenis tembakau yang menjadi komposisi cerutu dunia yang diproduksi di Bremen Jerman. Untuk cerutu dari isi dan juga pembungkusnya terbuat dari daun tembakau jenis ini. Untuk daun tembakau Naa Oogst kualitas terbaik akan dijadikan pembungkus cerutu atau biasa disebut dengan Dekomblaad. Sedangkan untuk tembakau Naa Oogst yang mempunyai kualitas di bawahnya, maka dijadikan sebagai isi cerutu atau disebit dengan Filler.
Pihak yang menanam tembakau di Jember yakni berasal dari petani rakyat dan juga PT. Perkebunan Nusantara (PTPN). Tanaman tembakau jenis Naa Oogst tradisional mempunyai tingkat kerumitan yang cukup tinggi. Beberapa metode keamanan yang dipakai untuk budidaya tembakau ini yaitu Tembakau Bawah Naungan (TBN) atau memberikan warenguntuk mengelilingi lokasi tanaman ini.
Harga tembakau Naa Oogst ini pun berselisih jauh dengan tembakau jenis Kasturi yang menjadi komoditas tanaman tembakau terbanyak di Kabupaten Jember. Harga jual tembakau Kasturi saat ini sekitar Rp 20 ribu per kilogram atau Rp 2 juta per kuintal. Sedangkan harga Naa Oogst bisa mencapai antara Rp 7 juta sampai Rp 12 juta per kuintal.
Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Kabupaten Jember, Hendro Handoko menjelaskan, harga Naa Oogst yang sangat tinggi ini sebanding dengan jerih payah petani untuk membudidaya tanaman ini. Pasalnya, untuk mencapai kualilas ekspor, daun tembakau Naa Oogst harus bersih, halus dan bentuknya tidak boleh ada cacat. “Jika bolong sedikit saja sudah tidak bisa diterima di pasar ekspor. Oleh karena itu, petani sangat berhati hati untuk menanam tembakau jenis ini,” paparnya.
Tanaman tembakau Naa Oogst ini tersebar di 18 kecamatan di Kabupaten Jember dan merupakan wilayah dengan luas tanaman tembakau terbesar se Jawa Timur. Rata-rata setiap hektar areal tanam tembakau jenis ini dapat menghasilkan sekitar 1,5 ton tembakau.
“Artinya, jika menggunakan harga terendah sebesar Rp 7 juta per kuintal. Maka pendapatan petani tembakau Naa Oogst ini sekitar Rp 70 juta per hektar,” ungkapnya.
Modal usaha yang dikeluarkan oleh petani untuk menanam tembakau ini setiap hektarnya sebesar Rp 50 juta. Biaya yang dikeluarkan memang sangat besar, namun jumlah tersebut dapat segera terlunasi oleh pendapatan penjualan tembakau pasca panen.
“Dikarenakan dana yang dibutuhkan oleh petani sangat besar untuk menanam tembakau jenis ini, maka untuk petani rakyat yang menanam tembakau ini masih sangat sedikit. Masyarakat lebih banyak menanam tembakau jenis tembakau kasturi yang membutuhkan modal lebih kecil daripada Naa Oogst,” jelas Hendro.
Dari jumlah produksi sebanyak 1,5 ton tersebut, sekitar 40 persen lahan atau sekitar 5 kuintal menghasilkan daun tembakau jenis Dekomblaad per hektarnya. Dan sebesar 60 persen atau sekitar 1 ton daun tembakau menghasilkan kualitas Filler.
Namun besaran prosentase ini dapat menurun akibat serangan penyakit yang melanda tembakau di Jember. Produksi tembakau jenis Naa Oogst bisa menyusut menjadi 30 persen yang menghasilkan Dekomblaaddan 70 persen menghasilkan Filler.
Sementara itu, harga panen daun pertama (hang) untuk jenis tembakau kasturi di Kabupaten Jember masih sangat rendah yakni sebesar Rp 2.000 per kilogram untuk daun bawah. Padahal pada kondisi normal seharusnya harga jualnya sekitar Rp 7.000 per kilogram. Namun untuk daun tengah masih lumayan mahal yaitu Rp. 2 juta per kuintalnya.
“Untuk tembakau kasturi semakin tinggi daun yang dipetik, maka harganya semakin mahal karena kualitasnya lebih bagus. Setelah hang, panen daun berikutnya sekitar Rp 15.000 sampai Rp 25.000 per kilogram. Dan harga tertinggi bisa mencapai Rp 45.000 per kilogram,” terangnya.