PT Pertamina (Persero) akhirnya memutuskan tidak lagi memangkas jatah BBM subsidi di Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum atau SPBU yang sebelumnya dipotong 5%-20% dari pasokan normal per hari.
Hal tersebut dilakukan oleh pertamina seusai melakukan rapat pada Rabu, (27/8) kemarin. Pertamina memutuskan untuk melakukan normalisasi pasokan BBM bersubsidi kepada masyarakat sehingga tidak ada lagi pemotongan pasokan untuk Premium maupun Solar di SPBU. Namun demikian, penyaluran tetap akan dilakukan secara terukur dan terarah sesuai dengan kondisi masing-masing daerah.
Hal ini disampaikan oleh Assistant Manager External Relation Pertamina Marketing Operation Region V Heppy Wulansari saat dihubungi oleh Kabar Jember, Rabu (27/8). Dia menjelaskan, setelah melakukan rapat koordinasi, mulai kemarin pasokan BBM ke setiap SPBU untuk semua wilayah kembali normal sesuai dengan kapasitas permintaan masing-masing SPBU.
“Pada malam harinya kami sudah melakukan koordinasi dan dimulai pada pagi harinya pasokan BBM baik untuk Premium dan Solar kembali normal sesuai dengan permintaan normal setiap SPBU,” terangnya.
Jadi, lanjutnya, untuk kebutuhan SPBU 32 kiloliter per hari akan kembali mendapatkan pasokan BBM sebanyak 32 kiloliter dan tidak mendapatkan pemangkasan menjadi 24 kiloliter atau 16 kiloliter seperti yang terjadi sebelumnya.
Dia menambahkan, pengiriman pasokan BBM akan kembali dinormalkan dengan memasok seluruh kebutuhan SPBU dan menambah jam operasional untuk memastikan agar seluruh Delivery Order (DO) telah terkirim sesuai dengan permintaan.
“Kami lakukan percepatan pengiriman BBM dari Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) yang berada di Banyuwangi. Oleh karena itu, masyarakat diharap jangan panik karena kebutuhan BBM pasti akan terpenuhi,” katanya.
Dia menyebutkan, kebutuhan atau permintaan BBM bersubsidi pada bulan Juli di Kabupaten Jember rata-rata sebanyak 590 kiloliter per hari untuk jenis Premium. Sedangkan untuk BBM jenis Solar, kebutuhannya sebanyak 198 kiloliter per hari. Jumlah tersebut untuk kebutuhan 33 SPBU yang berada di seluruh Kabupaten Jember.
Hal itu terjadi ketika masyarakat mengkonsumsi BBM bersubsidi secara normal, namun ketika beredar informasi mengenai pembatasan BBM bersubsidi dari Pertamina, masyarakat berbondong-bondong untuk mengisi kendaraannya melebihi kebutuhan normal per hari.
“Selain itu, pengisian BBM dengan jerigen juga menjadi faktor yang meningkatkan jumlah konsumsi BBM di masyarakat. Padahal, seharusnya pengisian BBM bersubsidi itu hanya diperuntukkan bagi variabel produksi UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) dan juga usaha perikanan dan pertanian,” papar heppy.
Oleh sebab itu, Heppy berharap agar Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) terkait untuk lebih selektif lagi memberikan ijin bagi pedagang bensin eceran yang menggunakan jerigen. Dan untuk pihak SPBU harus berani menolak permintaan BBM bersubsidi bagi pedagang eceran yang tidak menunjukkan surat rekomendasi resmi dari SKPD terkait. “Sudah ada aparat kepolisian yang bertugas mengawasi penyaluran BBM di setiap SPBU,” ucapnya.
Hal ini untuk mengurangi adanya praktek kecurangan dan juga konflik antar masyarakat saat pengisian BBM. Beberapa masyarakat sengaja membeli BBM bersubsidi untuk selanjutnya dijual kembali kepada masyarakat. Pada kondisi ini dikhawatirkan akan terjadi penimbunan BBM yang dilakukan oleh pedagang nakal untuk mendapatkan keuntungan yang jauh lebih besar.
Menurut pantauan, dengan pasokan BBM yang kembali normal ini tidak serta merta membuat pengisian BBM di SPBU juga normal. Kondisi terkini masih sama dengan hari-hari sebelumnya. Terjadi antrean panjang masyarakat di sejumlah SPBU.
“Untuk di Banyuwangi, pengisian BBM sudah normal kembali. Tetapi untuk Kabupaten Jember kami perkirakan Recover 1 sampai 2 hari kedepan untuk kembali normal,” ucapnya.
Sementara itu, Ketua Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak Bumi dan Gas (Hiswana Migas), Benny Satriya menjelaskan, kebutuhan BBM di Jember mengalami peningkatan beberapa hari ini karena adanya pembatasan BBM bersubsidi per tanggal 18 Agustus yang lalu.
“Biasanya masyarakat yang mempunyai motor membeli 2 liter Premium. Ketika ada informasi pembatasan BBM, mereka panik dan membeli Premium secara full tank. Ini yang mengakibatkan konsumsi BBM di Jember melampaui konsumsi normal,” terangnya.
No comments:
Post a Comment